Pada dasarnya suara manusia adalah ciptaan Tuhan yang luar biasa. Mungkin suara manusia adalah suara yang paling berpengaruh di dunia ini. Saat manusia mengeluarkan suaranya, lalu berbicara satu atau dua kata maka nasib seseorang, suatu bangsa, atau bahkan dunia dapat berubah seketika. Misalnya, saat seseorang mengatakan “kami menyatakan perang” atau “kami menyatakan kemerdekaan” atau hal sederhana seperti “aku cinta padamu”.
Namun demikian, dalam keadaan sehari-hari masih banyak orang yang obrolannya tidak didengar orang lain. Orang-orang tidak mendengarkan mereka. Lalu bagaimana agar ucapan atau obrolan kita didengarkan dan diperhatikan orang lain. Ada tiga hal yang harus diperhatikan, pertama mengenai hal-hal yang harus dihindari, kedua adalah hal-hal yang harus dilakukan, dan ketiga yakni melakukan teknik khusus sebelum berbicara di depan umum (public speaking).
Pertama, kita harus menghindari hal-hal yang membuat orang lain tidak mau mendengarkan kita. Terdapat tujuh kebiasaan buruk yang membuat orang lain malas mendengarkan kita. Banyak orang melakukannya, dan jika kita menghindarinya maka orang-orang akan percaya kepada kita. Berikut tujuh hal yang harus dihindari agar ucapan kita dipercaya dan didengar orang lain berdasarkan penjelasan Julian Treasure:
1. Jangan Bergosip
Bergosip artinya membicarakan hal-hal buruk saat orang lain tak ada. Ini adalah salah satu kebiasaan yang buruk. Ingatlah jika seseorang menggosipkan orang lain di depan kita, maka beberapa saat kemudian dia akan mengosipkan kita di depan orang lain. Melakukan hal ini akan membuat kepercayaan orang lain hilang terhadap kita.
2. Menghakimi Orang Lain
Kita mungkin mengenal beberapa orang yang suka menilai si ini seperti ini dan si itu seperti itu. Akan sangat sulit bagi kita untuk mendengarkan orang lain yang sedang “menghakimi”diri kita. Sementara pada saat yang sama kita tak punya kuasa untuk membantahnya.
3. Sikap Negatif
Sikap negatif yang dimaksud di sini adalah sikap yang tidak menunjukkan adanya optimisme. Kita kadang menemukan seseorang yang mendapat kabar baik tapi dia menerimanya dengan tidak ada antusiasme dan cenderung melihatnya dari sisi negatif. Misalnya, kita berkata, “Besok HUT Kemerdekaan RI” lalu dia merespon, “Ya aku tahu, mesti upacara kalau begitu, sungguh menjengkelkan!”. Jika kita membiarkan diri kita mengucapkan hal seperti itu, maka kata-kata kita jadi kurang bermakna di telinga orang lain. Mereka akan sulit untuk mau mendengarkan kita.
4. Mengeluh
Ini adalah bentuk lain dari sikap negatif. Mungkin hal ini menjadi kebiasaan sebagian dari penduduk negeri ini. Banyak orang yang mengeluh saat BBM naik, saat ada peraturan baru, saat ada pembenahan tata kota, dll. Padahal mengeluh hanya menyebarkan kesengsaraan. Hal ini tidak memberikan manfaat apa pun terhadap orang-orang di sekitar kita.
5. Mencari Pembenaran
Kita mungkin pernah menemukan orang-orang seperti ini. Orang-orang ini cenderung mencari pembenaran atas apa yang mereka lakukan. Mereka menyalahkan pihak lain. Mereka tidak mau bertanggung jawab dan melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. Sedikit yang mau mendengarkan orang seperti ini.
6. Melebih-lebihkan
Nomor ke enam adalah melebih-lebihkan. Hal ini terkadang akan menurunkan kualitas kata-kata kita. Meskipun awalnya hal yang diceritakan adalah kebenaran, tapi karena dilebih-lebihkan maka sebagiannya menjadi kebohongan. Kita pasti tak mau mendengarkan orang yang berkata bohong. Hhindarilah melebih-lebihkan agar kata-kata kita dipercaya orang lain.
7. Merasa Paling Benar (Dogmatisme)
Kondisi ini adalah saat seseorang mencampurkan fakta dengan opini. Orang seperti ini tidak memberikan kita kesempatan untuk membela diri. Dia mengatakan fakta yang memang tidak baik sekaligus mencampurkan opininya tentang kita sehingga kita hanya bisa jadi bisa pendengar saja. Kita tak bisa membantah. Kita pasti tidak menyukai orang-orang seperti ini.
Itulah ketujuh hal yang harus dihindari agar omongan kita didengar orang lain. Hindarilah hal tersebut agar ucapan kita diperhatikan pendengar. Lalu bagaimana agar ucapan kita didengar orang lain? Ada 4 cara agar saat kita mengobrol orang lain mendengarkan kita.
1. Jujur
Hal ini teramat penting. Pepatah mengatakan, kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana-mana. Jujur berarti mengatkan yang sebenarnya, lurus tanpa tedeng aling-aling, dan jelas. Kejujuran akan menghasilkan kepercayaan. Kepercayaan akan membuat orang mau mendengarkan kita.
2. Jadi Diri Sendiri
Jadilah diri sendiri, seseorang yang asli dan benar. Berdirilah di atas kebenaran yang kita percayai. Kita tak perlu jadi peniru yang meniru gaya orang lain, tak perlu berbicara dengan gaya idola kita, tak perlu dibuat-buat. Jadilah seseorang yang otentik. Jack Ma pernah berkata bahwa dia terinspirasi Whitney Houston yang bernyanyi dari hati, maka saya pun berbicara dari hati.
3. Jaga Integritas
Poin ketiga adalah menjaga integritas. Jadilah seseorang yang sesuai antara apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukan. Melakukan hal ini akan menumbuhkan kepercayaan orang lain. Kata-kata kita tidak akan lagi dianggap sampah. Kita tak ingin mendengar atasan yang memerintahkan kita supaya bekerja dengan rajin sementara dia malas. Kita tentu tak mau mendengar tips sukses dari orang yang tidak suskes Kita juga tak sudi mendengar orang yang berkoar-koar tentang kebenaran sementara perilakunya tak sesuai dengan yang diucapkan.
4. Cintai Pendengar
Cinta di sini bukan berarti kita harus bersikap romantis kepada pendengar kita, melainkan berharap seseorang baik-baik saja.Kejujuran yang terlalu jujur tanpa didasari cinta kepada yang mendengarkan kita juga akan menajdi tak baik. Orang lain tentu tak akan suka jika kita mengatakan bahwa dia kelihatan jelek hari ini. Kombinasi kedua hal ini akan menghindarkan kita pada sikap buruk yang ke dua yaitu menghakimi orang lain.
Itulah keempat hal yang bisa kita lakukan agar ucapan kita diperhatikan orang lain. Selanjutnya ada beberapa teknik yang bisa kita lakukan sebelum berbicara di depan publik. Teknik ini yaitu dengan mengolah suara kita agar orang mau mendengar saat kita berbicara di depan orang lain termasuk saat melakukan public speaking.
1. Tingkat Nada
Nada bicara sangat mempengaruhi pendengar. Jika kita berbicara dengan suara hidung, kita akan terdengar seperti orang yang lemah. Kebanyakan dari kita berbicara dengan suara tenggorokan. Namun, jika kita ingin terdengar berwibawa gunakan suara dada. Disadari atau tidak, kita akan mendukung calon pemimpin dengan suara berat (suara dada). Hal ini karena kita mengartikan suara berat sebagai kekuatan dan kekuasaan.
2. Warna Nada
Warna nada bicara adalah bagaimana suara kita terasa di telinga pendengar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kita lebih menyukai suara yang penuh, lembut, dan hangat. Kita bisa melatih hal ini dengan meminta bantuan voice coach.
3. Intonasi
Intonasi adalah naik turunnya suara seseorang sesuai dengan maksud ucapannya. Ini adalah salah satu faktor yang menentukan arti dari apa yang kita ucapkan. Jika seseorang berbicara dengan datar-datar saja akan sulit memahami makna ucapannya, atau secara sederhana kita sebut monoton. Jika intonasi tidak sesuai, sebuah pertanyaan mungkin akan dianggap pernyataan.
4. Kecepatan
Kecepatan bicara menjadi hal yang menentukan agar public speaking kita lancar. Kita dapat berbicara dengan sangat cepat untuk menunjukkan antusisasme, atau kita berbicara pelan-pelan untuk menekankan pentingnya suatu informasi. Tentu juga jangan lupakan “diam” untuk beberapa saat. Tidak ada hal yang salah untuk diam sejenak, selama beberapa detik, di tengah-tengah pembicaraan. Kita akan terhindar dari berkata “umm, aaahs” yang tidak perlu. Cobalah.
5. Pola Nada
Pola nada bisa dikatakan sebagai tinggi rendahnya suara kita. Berbeda dengan intonasi yang berfungsi membedakan apakah yang kita ucapkan adalah pertanyaan atau pernyataan. Pola nada diartikan sebagai tinggi rendahnya suara kita. Misalnya saat kita mengucapkan “di mana kunci mobil saya?”. Kita bisa mengucapkannya dengan suara yang normal atau seperti melengking (dalam kasus ini menunjukkan kepanikan). Perbedaan itu akan menimbulkan makna yang berbeda.
6. Volume Suara
Volume suara ini menentukan makna obrolan kita. Kita bisa berteriak dengan penuh tenaga untuk menunjukkan adanya gairah. Maupun berbicara berbisik-bisik agar pendengar menyimak dengan baik hal yang kita ucapkan.
7. Pemanasan
Semua alat membutuhkan pemanasan, termasuk suara kita. Beberapa pemanasan sederhana yang dapat dilakukan yaitu:
Itulah beberapa cara agar kata-kata yang keluar dari mulut kita didengar orang lain. Agar kita jadi pembicara yang baik. Agar lidah kita tak lagi kelu saat kita berbicara di depan umum. Cara-cara tersebut juga akan sangat bermanfaat sebagai tips dan trik dalam public speaking. Semoga membantu.
Diolah dan dikembangkan dari Ceramah Julian Treasure “How to speak so that people want to listen” (TED Talks)
Namun demikian, dalam keadaan sehari-hari masih banyak orang yang obrolannya tidak didengar orang lain. Orang-orang tidak mendengarkan mereka. Lalu bagaimana agar ucapan atau obrolan kita didengarkan dan diperhatikan orang lain. Ada tiga hal yang harus diperhatikan, pertama mengenai hal-hal yang harus dihindari, kedua adalah hal-hal yang harus dilakukan, dan ketiga yakni melakukan teknik khusus sebelum berbicara di depan umum (public speaking).
Julian Treasure Foto: YouTube |
Pertama, kita harus menghindari hal-hal yang membuat orang lain tidak mau mendengarkan kita. Terdapat tujuh kebiasaan buruk yang membuat orang lain malas mendengarkan kita. Banyak orang melakukannya, dan jika kita menghindarinya maka orang-orang akan percaya kepada kita. Berikut tujuh hal yang harus dihindari agar ucapan kita dipercaya dan didengar orang lain berdasarkan penjelasan Julian Treasure:
1. Jangan Bergosip
Bergosip artinya membicarakan hal-hal buruk saat orang lain tak ada. Ini adalah salah satu kebiasaan yang buruk. Ingatlah jika seseorang menggosipkan orang lain di depan kita, maka beberapa saat kemudian dia akan mengosipkan kita di depan orang lain. Melakukan hal ini akan membuat kepercayaan orang lain hilang terhadap kita.
2. Menghakimi Orang Lain
Kita mungkin mengenal beberapa orang yang suka menilai si ini seperti ini dan si itu seperti itu. Akan sangat sulit bagi kita untuk mendengarkan orang lain yang sedang “menghakimi”diri kita. Sementara pada saat yang sama kita tak punya kuasa untuk membantahnya.
3. Sikap Negatif
Sikap negatif yang dimaksud di sini adalah sikap yang tidak menunjukkan adanya optimisme. Kita kadang menemukan seseorang yang mendapat kabar baik tapi dia menerimanya dengan tidak ada antusiasme dan cenderung melihatnya dari sisi negatif. Misalnya, kita berkata, “Besok HUT Kemerdekaan RI” lalu dia merespon, “Ya aku tahu, mesti upacara kalau begitu, sungguh menjengkelkan!”. Jika kita membiarkan diri kita mengucapkan hal seperti itu, maka kata-kata kita jadi kurang bermakna di telinga orang lain. Mereka akan sulit untuk mau mendengarkan kita.
4. Mengeluh
Ini adalah bentuk lain dari sikap negatif. Mungkin hal ini menjadi kebiasaan sebagian dari penduduk negeri ini. Banyak orang yang mengeluh saat BBM naik, saat ada peraturan baru, saat ada pembenahan tata kota, dll. Padahal mengeluh hanya menyebarkan kesengsaraan. Hal ini tidak memberikan manfaat apa pun terhadap orang-orang di sekitar kita.
Jangan Mengeluh Foto: Imagesbuddy |
5. Mencari Pembenaran
Kita mungkin pernah menemukan orang-orang seperti ini. Orang-orang ini cenderung mencari pembenaran atas apa yang mereka lakukan. Mereka menyalahkan pihak lain. Mereka tidak mau bertanggung jawab dan melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. Sedikit yang mau mendengarkan orang seperti ini.
6. Melebih-lebihkan
Nomor ke enam adalah melebih-lebihkan. Hal ini terkadang akan menurunkan kualitas kata-kata kita. Meskipun awalnya hal yang diceritakan adalah kebenaran, tapi karena dilebih-lebihkan maka sebagiannya menjadi kebohongan. Kita pasti tak mau mendengarkan orang yang berkata bohong. Hhindarilah melebih-lebihkan agar kata-kata kita dipercaya orang lain.
7. Merasa Paling Benar (Dogmatisme)
Kondisi ini adalah saat seseorang mencampurkan fakta dengan opini. Orang seperti ini tidak memberikan kita kesempatan untuk membela diri. Dia mengatakan fakta yang memang tidak baik sekaligus mencampurkan opininya tentang kita sehingga kita hanya bisa jadi bisa pendengar saja. Kita tak bisa membantah. Kita pasti tidak menyukai orang-orang seperti ini.
Itulah ketujuh hal yang harus dihindari agar omongan kita didengar orang lain. Hindarilah hal tersebut agar ucapan kita diperhatikan pendengar. Lalu bagaimana agar ucapan kita didengar orang lain? Ada 4 cara agar saat kita mengobrol orang lain mendengarkan kita.
1. Jujur
Hal ini teramat penting. Pepatah mengatakan, kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana-mana. Jujur berarti mengatkan yang sebenarnya, lurus tanpa tedeng aling-aling, dan jelas. Kejujuran akan menghasilkan kepercayaan. Kepercayaan akan membuat orang mau mendengarkan kita.
2. Jadi Diri Sendiri
Jadilah diri sendiri, seseorang yang asli dan benar. Berdirilah di atas kebenaran yang kita percayai. Kita tak perlu jadi peniru yang meniru gaya orang lain, tak perlu berbicara dengan gaya idola kita, tak perlu dibuat-buat. Jadilah seseorang yang otentik. Jack Ma pernah berkata bahwa dia terinspirasi Whitney Houston yang bernyanyi dari hati, maka saya pun berbicara dari hati.
Jack Ma, Pendiri dan Pimpinan Alibaba Group Foto: Vulcan Post |
3. Jaga Integritas
Poin ketiga adalah menjaga integritas. Jadilah seseorang yang sesuai antara apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukan. Melakukan hal ini akan menumbuhkan kepercayaan orang lain. Kata-kata kita tidak akan lagi dianggap sampah. Kita tak ingin mendengar atasan yang memerintahkan kita supaya bekerja dengan rajin sementara dia malas. Kita tentu tak mau mendengar tips sukses dari orang yang tidak suskes Kita juga tak sudi mendengar orang yang berkoar-koar tentang kebenaran sementara perilakunya tak sesuai dengan yang diucapkan.
4. Cintai Pendengar
Cinta di sini bukan berarti kita harus bersikap romantis kepada pendengar kita, melainkan berharap seseorang baik-baik saja.Kejujuran yang terlalu jujur tanpa didasari cinta kepada yang mendengarkan kita juga akan menajdi tak baik. Orang lain tentu tak akan suka jika kita mengatakan bahwa dia kelihatan jelek hari ini. Kombinasi kedua hal ini akan menghindarkan kita pada sikap buruk yang ke dua yaitu menghakimi orang lain.
Itulah keempat hal yang bisa kita lakukan agar ucapan kita diperhatikan orang lain. Selanjutnya ada beberapa teknik yang bisa kita lakukan sebelum berbicara di depan publik. Teknik ini yaitu dengan mengolah suara kita agar orang mau mendengar saat kita berbicara di depan orang lain termasuk saat melakukan public speaking.
1. Tingkat Nada
Nada bicara sangat mempengaruhi pendengar. Jika kita berbicara dengan suara hidung, kita akan terdengar seperti orang yang lemah. Kebanyakan dari kita berbicara dengan suara tenggorokan. Namun, jika kita ingin terdengar berwibawa gunakan suara dada. Disadari atau tidak, kita akan mendukung calon pemimpin dengan suara berat (suara dada). Hal ini karena kita mengartikan suara berat sebagai kekuatan dan kekuasaan.
2. Warna Nada
Warna nada bicara adalah bagaimana suara kita terasa di telinga pendengar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kita lebih menyukai suara yang penuh, lembut, dan hangat. Kita bisa melatih hal ini dengan meminta bantuan voice coach.
3. Intonasi
Intonasi adalah naik turunnya suara seseorang sesuai dengan maksud ucapannya. Ini adalah salah satu faktor yang menentukan arti dari apa yang kita ucapkan. Jika seseorang berbicara dengan datar-datar saja akan sulit memahami makna ucapannya, atau secara sederhana kita sebut monoton. Jika intonasi tidak sesuai, sebuah pertanyaan mungkin akan dianggap pernyataan.
4. Kecepatan
Kecepatan bicara menjadi hal yang menentukan agar public speaking kita lancar. Kita dapat berbicara dengan sangat cepat untuk menunjukkan antusisasme, atau kita berbicara pelan-pelan untuk menekankan pentingnya suatu informasi. Tentu juga jangan lupakan “diam” untuk beberapa saat. Tidak ada hal yang salah untuk diam sejenak, selama beberapa detik, di tengah-tengah pembicaraan. Kita akan terhindar dari berkata “umm, aaahs” yang tidak perlu. Cobalah.
Steve Jobs, CEO Apple Foto: Yodiz |
Pola nada bisa dikatakan sebagai tinggi rendahnya suara kita. Berbeda dengan intonasi yang berfungsi membedakan apakah yang kita ucapkan adalah pertanyaan atau pernyataan. Pola nada diartikan sebagai tinggi rendahnya suara kita. Misalnya saat kita mengucapkan “di mana kunci mobil saya?”. Kita bisa mengucapkannya dengan suara yang normal atau seperti melengking (dalam kasus ini menunjukkan kepanikan). Perbedaan itu akan menimbulkan makna yang berbeda.
6. Volume Suara
Volume suara ini menentukan makna obrolan kita. Kita bisa berteriak dengan penuh tenaga untuk menunjukkan adanya gairah. Maupun berbicara berbisik-bisik agar pendengar menyimak dengan baik hal yang kita ucapkan.
7. Pemanasan
Semua alat membutuhkan pemanasan, termasuk suara kita. Beberapa pemanasan sederhana yang dapat dilakukan yaitu:
- Berdiri, tangan di atas lalu tarik napas dan keluarkan dari mulut (huaaaaah).
- Panaskan bibir kita dengan mengucapkan Ba, Ba, Ba, Ba, Ba..... Lalu brrrrrrrrrrrrrrrr (seperti saat kita kecil). Ingat dengan bibir bukan dengan lidah.
- Lalu sekarang kita panaskan lidah kita. Ucapkan la, la, la, la, la.... Lalu gulungkan lidah dan ucapan rrrrrrrrrrr.
- Terakhir buat suara seperti sirine. Ucapkan WE dengan nada tinggi dan AW dengan nada rendah. Jadi weeeeeaawwwww, weeeeeaawwwww.
Itulah beberapa cara agar kata-kata yang keluar dari mulut kita didengar orang lain. Agar kita jadi pembicara yang baik. Agar lidah kita tak lagi kelu saat kita berbicara di depan umum. Cara-cara tersebut juga akan sangat bermanfaat sebagai tips dan trik dalam public speaking. Semoga membantu.
Diolah dan dikembangkan dari Ceramah Julian Treasure “How to speak so that people want to listen” (TED Talks)